Friday 9 October 2015

Desert Rose

Seperti yang saya singgung di postingan kemarin, ada semacam shock yag melanda diri ini sehari yang lalu. Tidak lain dan tidak bukan karena sesosok orang bernama Soumaya Baalbaki. Silahkan tertawa tapi saya cukup shock menemukan orang yang bernama sama dengan saya. 

Kalau boleh jujur ini bukanlah pertama kali saya mendengar tentangnya. Perkenalan saya terjadi saat menikmati The Rough Guide To Arabic Lounge. Bukan, itu bukan buku karangan Philip K.Hitti ya, itu album kompilasi musik dari Jazirah Arab. Di track kelima lah, Dalkhati Marrah fi Guineyna, waktunya Soumaya bernyanyi. Dan saya terhanyut.

Tapi ya udah hanya itu (lahh mb!). Tidak ada keinginan untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai siapa pemilik suara ini. Mungkin karena sudah disibukkan oleh fangirlingi aidoru  berbagai macam hal, pencarian itu tidak pernah terlaksana. Hingga kemarin, secara sangat absurd iTunes saya memutar kembali lagu tersebut. Dan dengan absudnya pula saya tergelitik untuk mengetik namanya di laman Google.


Reaksi pertama: yaampun dia masih hidup.



kira-kira seperti ini

Jangan tertawa, saya pikir dia seperti mendiang Umm Kulthum yang sudah berpulang sekian dekade lalu. Dari Google pula saya menemukan magnum opus beliau berjudul Arabtango, dirilis tahun 2009. 

Arabtango. Dari judulnya Anda sudah dapat mengira album apa ini. Yang jelas, bukan album post-rock metal-grunge, tentu. Ini album yang kental bernuansa tango. Dan tentu saja bukan dalam bahasa Swahili karena jelas ditulis Arab. 


Secara singkat, ini adalah album musik arab yang dibalut dan diaransemen dalam nuansa tango. Lebih tepatnya adalah aransemen ulang lagu-lagu legendaris Arab medio 1950-1970'an dalam irama tango. Pada medio ini, musikus jazirah Arab sering bereksperimen dengan unsur unsur tango, jazz, bossa nova, cha cha cha, dan semacamnya. Contohnya bisa anda dengar di karya Bob Azzam "Ya Mustapha". Ya, lagu yang pernah diparodikan Warkop DKI dengan judul yang sama.


Jujur saya tidak begitu familiar dengan tracklist di album ini. Mungkin hanya Dalkhati Mara fi Guineyna, itu pun karena sudah pernah didengarkan sebelumnya. 


Tapi dengan nihilnya ekspektasi itu saya benar-benar....terpukau dan terhanyut di sini. Sembilan lagu yang dibawakan, tanpa saya tahu artinya (maaf, saya mungkin generasi yang gagal), bisa saya nikmati dengan pikiran terbuka. Tanpa perlu membanding-bandingkan dengan versi aslinya. Walau begitu, saya bisa bilang penyanyi Lebanon ini perlu diberi apresiasi setinggi-tingginya.


Soumaya, bersama Ghazi Abdel Baki dan Ziad Shahhab, adalah koki handal. Mereka mampu meramu, meracik, dan mengolah elemen musik padang pasir dan dicampur dengan irama tango. Oud dan Rik bersanding serasi dengan biola dan akordion. Lirik dan melodi Arab bercampur dengan rentak Tango.


Then above it all, Soumaya's voiced topped it. Seperti topping yang berkualitas, Soumaya melengkapi hidangan nan ciamik yang tersaji di album ini. Suaranya yang indah mengalun dapat kita nikmati sepanjang 40 menit. Soumaya bernyanyi layaknya penyanyi dari negeri Padang Pasir, membuat kita terlarut dalam nada-nadanya. Tidak itu saja, tipe suara Soumaya membuatnya terdengar seperti Umm Kulthum (enta omri....enta omriii...entaaaaaaa omriiiiiiiiiii) masa kini.


Terlebih lagi, di sini, Soumaya bernyanyi seperti orang yang bercerita. Maka saya pun hanya duduk terpaku, sembari sesekali menerawang. Merasakan pedihnya perpisahan di "La Mush Ana Elli Abki (I'm not the One Who Should Cry) atau tersenyum getir di lagu "Ahwak" (I love You)


Arabtango, bagi saya, adalah album yang menempati posisi istimewa. Alasannya tentu saja karena nama penyanyinya yang sama dengan nama saya dangkal banget. Tapi lebih dari itu, album ini membuktikan jika musik itu universal. Pecinta musik timur tengah akan menikmati reinterpetrasi yang dieksekusi sangat baik oleh Soumaya dan kawan-kawan. Sementara bagi pihak di luar skena itu akan tertarik dengan perpaduan sempurna melodi tango dan musik oriental. 


Sebagai penutup, mari kita bersama-sama merayakan indahnya hidup dan patah hati bersama Soumaya Baalbaki.





cemilan: pensil Faber-Castell
(mune no oku ni) BGM: Achanak ya Amar - Soumaya Baalbaki 

No comments:

Post a Comment