Tuesday 20 October 2015

My Favourite Things (pt.1)

Raindrops on roses and whiskers on kittens
Bright copper kettles and warm woollen mittens
Brown paper packages tied up with strings
These are a few of my favorite things
Membaca ulasan Mba Dhini tentang blog saya, ada satu hal yang menggelitik: Mengenai rasa sayange rasa sayang sayange  rasa suka saya terhadap komik. Kalimatnya kira-kira begini:


Sayang, saya belum pernah mendengar langsung apakah Cum-Cum menyukai komik. Barangkali, iya

Di sini, walau tidak secara langsung, saya jawab: Iya, suka. Suka sekali. Suka sekali. Sukaaaaaaaaa sekali. Suki. Suki sugite. Suki sugite. Suki sugiteeeeee wow wow wow wow wow wow.

Saya suka komik. Mungkin kalau saya jadi wota japanophile, komik adalah pihak yang harus ditunjuk untuk itu. Komik apa saja saya lahap. Mulai dari komik Jepang, Belgia, Perancis, Korea, Cina. Mulai dari komik ngga jelas seperti Comic Bomber sampai yang menyentuh isu sensitif seperti Palestine. Waktu saya tergeletak 33 hari karena tifus tahun 1996 lalu, hal yang saya minta hanya kartu rental dekat rumah, untuk pinjam komik tentu saja. Dua rak buku di rumah pun saya dedikasikan untuk menaruh koleksi komik. Sebesar apa kecintaan saya pada komik?


SEGINI



Di kesempatan yang berbahagia ini, kiranya saya akan sedikit membahas komik. Agar tidak terlalu panjang (katakanlah hingga sebulan ke depan), saya batasi dengan komik Jepang ya. Atau kalau kata wiabu orang-orang: manga.

Dan inilah daftar manga favorit saya (nomor tidak menunjukkan apa-apa, hanya formalitas saja): 

10. Monster (Urasawa Naoki)




Dusseldorf, Jerman, tahun 1986, dr. Tenma Kenzo menyelamatkan Johan, seorang anak pelarian warga Jerman Timur yang sedang sekarat. Sang dokter mempertaruhkan profesinya karena di saat yang bersamaan sang Walikota juga tidak sadarkan diri. Johan selamat, sementara sang Walikota meninggal. Sejak saat itu hidup dr.Tenma berbalik 180 derajat. Dia kehilangan posisinya di rumah sakit, ditinggalkan tunangannya, dan tidak mendapat dana untuk penelitianya. Beberapa tahun berlalu dan terjadi pembunuhan sadis di Jerman (yang kini sudah bersatu). Pelakunya tidak lain adalah...Johan. Tenma, yang berusaha mengejar Johan, malah dicurigai sebagai pelakunya. Berhasilkah Tenma mengungkap kejahatan Johan? Siapakah Monster itu?

Komik ini, yang di Indonesia diterbitkan m&c, termasuk komik yang "gelap" dan "berat". Gelap karena sampul versi Indonesia-nya berwarna hitam. Berat karena tebal. Hmmm maksudnya, ceritanya tidak seperti pandangan terhadap komik, ceria dan penuh semangat. Urasawa Naoki membawa kita ke sebuah dunia yang penuh lika-liku. Kompleks, alurnya lambat, dengan gambar karakter yang jarang tersenyum. Dengan cerita yang seperti itu, anda akan dibuat frustasi, ciri khas manga karangannya, karena Johan tidak pernah ditangkap. Walau begitu, perkembangan ceritanya di akhir sungguh mengejutkan. 

Bukan kandidat tepat untuk dibaca di Minggu siang. Tapi boleh-boleh saja jika Anda mau. 

9. Gunslinger Girl (Aida Yuu)



Italia masa kini. Sekumpulan anak-anak kecil yang sudah sekarat diadopsi oleh Social Welfare Agency. Badan yang ternyata berada di bawah Departemen Pertahanan ini merekonstruksi ulang tubuh sang anak dan membuat mereka menjadi cyborg. Para cyborg ini menjadi senjata SWA untuk memerangi para mafia Padania. 

Membaca komik ini awalnya saya tidak kuat. Saya tidak kuat melihat anak-anak perempuan ini terluka, berdarah-darah dan kesakitan. Tapi saat sudah berhasil mengatasi itu (lebih tepatnya mematikan perasaan saya), komik ini menjadi jauh lebih menarik. Gambar Aida Yuu sangat detail, ini yang saya suka. Kompleksitas ceritanya juga menarik. Di satu sisi kita dibuat bersimpati dengan nasib anak-anak ini, yang menjadi senjata untuk membunuh. Tapi saat mereka beraksi, hilang sudah kesan innocent mereka. Walau begitu kita terus bergulat dengan rasa bersalah saat melihat mereka harus membunuh. Mereka adalah korban dari ambisi orang dewasa, jelas. 

Sekali lagi, bukan kandidat tepat untuk dibaca di Minggu siang. Tapi boleh-boleh saja jika Anda mau.  Oh ya, jangan mengidolai siapapun karena bisa saja di volume selanjutnya yang bersangkutan mati.

8. Lady Mitsuko (Yamato Waki)




Jepang tahun 1892, Aoyama Mitsuko bertemu dengan Count Heinrich. Mereka jatuh cinta dan menikah. Tahun 1896, mereka pergi ke Austria dan dimulailah perjuangan Mitsuko untuk diterima masyarakat Eropa.

Terlihat seperti kisah Cinderella tapi Lady Mitsuko bergerak jauh lebih dari itu. Mitsuko, anak pemilik toko barang antik di Tokyo, harus mengemban tugas memimpin Kerajaan Hapsburg. Mitsuko bukan sekedar putri yang menangis saat ditinggal kekasihnya, tidak. Mitsuko adalah perlambang wanita yang independen. Anggun namun tegas. Kuat tapi tidak mengelak saat harus menangis. Tipikal karakter wanita komik karya Yamato Waki (Litte New York, Miss Modern).

Oh iya, Lady Mitsuko ini bersumber dari sejarah (tentunya ditambahi bumbu-bumbu percintaan Heinrich dan Mitsuko hehe) dan beneran ada orangnya.

7. Aoi Honoo, Moeyo Pen, Hoero Pen  (Shimamoto Kazuhiko)


Triloogi ini adalah karya semi-autobiografi sang mangaka-nya sendiri. Bercerita tentang Moyuru Hono, mangaka yang semangatnya berapi-api  (dalam arti harfiah) dalam menggambar komik. 




Kesan saya saat membaca ini adalah: Komik lebay. 

Sumpah! Kayaknya cuma Honoo-sensei yang gambar komik harus pakai semangat yang berapi-api. But nevermind, these series are seriously funny. Anda hanya dihadapkan pada dua pilihan: ngakak guling-guling atau geleng-geleng kepala karena segala sesuatu di komik ini berlebihan. 

Oh ya, Aoi Honoo sudah diadaptasi jadi drama tahun 2014 lalu. Dan dengan segera menjadi drama favorit saya.

(bersambung ke hari esok)

Cemilan: Kopiko 78
(mune no oku ni) BGM: ALIVE - SPEED


2 comments: